Salam Oneng

Hingga kutemukan sakit atas tawa. Dan terasa bahagia dalam luka. Aku... tak akan mati dan berhenti disini. Walau dalam persimpangan, aku akan terus berjalan meniti setiap karang terjal. Dan taklukkan aral berduri. Atas jalan mimpi yang tak terbatas. Aku berjanji... tuk berdiri dan gapai langit mimpi tertinggi. -Detektif Oneng-

Rabu, 27 Maret 2013

Oneng Iseng

Sejenak peluh ini kuusap. Nafas ini kusandarkan pada alunan riuh rendah rintik hujan di luar sana. Kurasakan dingin udaranya. Kudengarkan suara rintik kecilnya yang menyentuh atap-atap rumah. Rintik itu perlahan jatuh dan mematuk-matuk kaca jendela. Jatuh perlahan pada pasir di tanah. Pasti kan kudapati jejak rintiknya di sana esok pagi. Entah kenapa ku selalu merasakan damai kala titik-titik air itu jatuh menyapa bumi. Terkadang hingga terbuai alunan suara riuh rendah rintiknya. Terlena dalam sebuah lamunan bersama detik-detik jatuhnya rintik.

 Sepersekian menit kukatupkan kedua kelopak sayu ini. Kudekatkan lagi hatiku pada air-air lembut yang jatuh perlahan dari langitNya. Lekat suaranya terasa di telinga. Detak jantungku beradu dengan detak irama rintiknya. Satu, dua, tiga, ah aku tak bisa menghitung berapa jumlahnya. Sama, aku pun tak bisa menghitung berapa jumlah anugerah yang telah Dia berikan setiap detik pada hambaNya. Anugerah itu pun ada dalam setiap tetes air melalui rintik-rintik itu. Telah menghidupkan setiap inci kehidupan yang ada di bumiNya.
 
Jangan sampai hati ini kufur tak bersyukur dan dibenci oleh dzat yang Maha Pemberi rezeki. Sesungguhnya cintaNya itu nyata dan selalu cuma-cuma diberikan kepada setiap hamba. Tinggal kembali pada hati hambaNya bersikap seperti apa. Tak perlulah kiranya mengeluhkan atau menyalahkan jatuhnya rintik, sekalipun rintik itu menjadi gerimis, dan berangsur menjadi deras, ataupun berujung pada badai tak berbatas. Hanya perlu arahkan hatimu pada cinta agungNya. Maka 'kan tiada lagi prasangka atas setiap apa yang diturunkan dari langit suciNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar