Salam Oneng

Hingga kutemukan sakit atas tawa. Dan terasa bahagia dalam luka. Aku... tak akan mati dan berhenti disini. Walau dalam persimpangan, aku akan terus berjalan meniti setiap karang terjal. Dan taklukkan aral berduri. Atas jalan mimpi yang tak terbatas. Aku berjanji... tuk berdiri dan gapai langit mimpi tertinggi. -Detektif Oneng-

Jumat, 12 April 2013

Apa Kabar Pertanian Indonesia?


Indonesia merupakan sebuah negara agraris. Sejatinya sudah berulang kali diucapkan oleh banyak orang yang ada di negeri ini. Sejatinya pula saya, anda, dan kita tahu bahwa negara kita adalah sebuah negara kepulauan yang memiliki beribu-ribu kekayaan alam yang tak ternilai harganya. Tapi terkadang hanya dipandang sebelah mata. Bahkan terkadang banyak orang-orang di negeri ini yang memungkiri hal itu. Tidak percaya bahwa orang pribumi mampu meningkatkan dan mengolah potensi kekayaan alam. Tidak percaya bahwa saudara satu negerinya bisa bersaing dengan negara-negara maju bahkan negara adidaya sekalipun. Baik dalam segi keilmuannya, sosial, budaya, maupun ekonomi. Tidak dipungkiri bahwa politik ikut berperan. Menjadi sebuah onak yang berakar kuat di tatanan kepemerintahan negara ini. Melingkupi seluruh aspek pembangunan negara. Bahkan pertanian pun turut masuk dalam onak politik itu. Bisa dikatakan merupakan sektor yang paling menjanjikan untuk dibawa dalam sebuah permainan politik.

Negara ini memang memiliki potensi yang sungguh luar biasa pada setiap jengkal produktivitas komoditas komersil dan non komersil dalam bidang pertanian. Mulai dari keanekaragaman gulma, tanaman pangan, perkebunan, sampai hortikultura dan florikultura pun ada. Tanaman subtropis yang ingin diintroduksikan dan diproduksi di negara kita pun bisa. Kita punya semua lahannya. Tapi semua lahan itu dimana? Dikemanakan? Memang digunakan, tapi intensitasnya lebih difokuskan untuk pembangunan sektor-sektor non pertanian, seperti hotel, restoran, gedung-gedung perkantoran, dsb. Sudah dilupakan penggunaan yang semestinya lebih diperhatikan, yaitu untuk sektor pertanian. Tanpa pertanian, terjadi kelaparan, kemiskinan, bahkan kematian jika kebutuhannya tidak bisa terpenuhi. Harus impor sana sini. Padahal barang impor belum tentu terjamin lebih bagus daripada barang lokal. Ujung-ujungnya hutang. Padahal seharusnya kita bisa memproduksi semua komoditas itu sendiri, di tanah air kita sendiri, kita pun bisa untuk tidak hanya memenuhi kebutuhan konsumsi saja tetapi juga untuk persediaan dan bahkan kebutuhan ekspor. 

Jika dibandingkan dengan negara adidaya, sebut aja Amerika. Apa sih yang dimiliki mereka? Lahan pun tak sesubur yang kita punya. Keanekaragaman hayati pun masih unggul kita. Tapi mereka punya otak, yang mereka gunakan dengan benar, yaitu untuk berfikir bukan dikikir dengan membodohkan diri sendiri. Pertanian di sana sangat dijujung tinggi derajatnya. Petani di negara kita punya lahan berapa hektar, sih? Yang dikatakan petani itu seperti apa? Petani di sana punya luasan lahan lebih dari puluhan sampai ratusan hektar. Bahkan milik pribadi. Kalau petani di negara kita? Sebagian besar bukan milik sendiri, tetapi lahan sewa, sejatinya sebagai buruh bukan petani. Petani di sana bisa mengolah hasil produksi mereka sendiri, punya pabrik pengolahan sendiri, punya akses pemasarannya sendiri. Kalau petani di negara kita?

Oke, stop mengintimidasi. Petani itu bukan berkonotasi negatif ataupun memiliki derajat hidup yang rendah. Tidak. Petani itu pahlawan pertanian, yang memberi makan setiap perut yang kelaparan. Sejatinya kita bisa untuk menjadi petani berdasi. Petani yang sukses. Hanya perlu lebih dipusatkan saja untuk sektor pertanian yang memang cukup kompleks ini. Dari hulu sampai hilir perlu dioptimalisasikan lagi. Khususnya dalam teknis budidaya dan pengemasan hasil produksi. Produk hasil pertanian merupakan produk yang mudah dan cepat sekali rusak. Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi dalam pengemasan dan pengolahan produk. Sebagai contoh untuk komoditas tanaman pakan seperti jagung. Sejatinya memang termasuk ke dalam jenis tanaman pakan, tetapi juga bisa dijadikan bahan pangan untuk konsumsi. Jagung yang dijual segar pasti tidak akan bertahan lama dan sulit untuk didistribusikan ke daerah-daerah yang cukup memakan waktu ketika diperjalanan. Perlu adanya inovasi produk seperti pembuatan cornflakes, keripik jagung, popcorn, dsb. Pastinya dengan pengemasan yang menarik dan mampu manjaga kondisi produk. Inovasi produk pertanian yang seperti itulah kiranya mampu meningkatkan kualitas.

Pengembangan inovasi dalam bidang pertanian dibutuhkan para ahli yang memang fokus pada bidang pertanian, tidak lain dan tidak bukan yaitu para sarjana-sarjana pertanian. Mereka adalah generasi penerus yang punya sejuta ide brilian di otaknya, tapi tidak pernah dikembangkan dan direalisasikan, karena sudah terburu rasa pesimis atas kondisi negaranya sendiri. Terkadang ada yang lari dari jalur yang semestinya mereka geluti. Bukannya terjun ke sektor riil pertanian, malah masuk ke ranah orang lain yang seharusnya bukan menjadi lahan garapan ide-idenya. Tidak, kawan. Apa pun kondisi dan masalah negara kita, pasti ada penyelesaian masalahnya. Saya, anda, dan kita, adalah tonggak bagi kemajuan bangsa. Para pemuda bangsa yang pastinya punya andil dan memang harus ikut andil dalam pembangunan negara. Abaikan saja para politikus yang mengakar di pemerintahan, toh mereka bukan Tuhan.  Sekarang yang perlu menjadi perhatian yaitu, inginkan sebuah kebaikan dengan memunculkan gebrakan-gebrakan baru yang bersifat revolusi (cepat) ataukah evolusi (lambat dan lama)? Hanya butuh sebuah pemantik untuk menuju sebuah cahaya.

2 komentar:

  1. Itulah yang saya herankan katanya Indonesia Negara agraris & maritime tapi kok pertanian& kelautannya lebih dikuasai Thailand & Vietnam?. Jadi pada kemana nih petani & sarjana2 pertanian Indonesia. Contohnya Thailand bisa memproduksi sayuran asparagus yg biasanya dr eropa.Makananan kalengan seperti sardine hanya dari Thailand. Aku lagi menunggu produk Indonesia yg berkualitas tapi belum muncul2 juga samapai saat ini. Kebetulan saya bekerja di Dubai di bidang marine service tapi customer indonesianya ga ada malah Thailand paling sering inquiry ke company dimana saya bekerja dan paling cepat membayar invoicenya. Aku miris sekali melihat negaraku hiks!

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin sejatinya bukan miris tetapi harus terus optimis.. menurutku hanya satu hal yang kurang dari negara kita, yaitu lupa untuk menghargai dirinya sendiri.. sudah diberi banyak berkah di tanah air kita ini tapi justru tidak berfikir untuk berkelanjutan alamnya sendiri.. sebagai mahasiswa pertanian, tentu saya dan teman-teman lain menyadari dan memprihatinkan hal tersebut.. tapi segala halnya pasti membutuhkan dukungan dari seluruh pihak khususnya oleh politik, dan disitu adalah lokal liberal yang amat sangat apatis (menurut saya)..

      Hapus