Indonesia
merupakan sebuah negara agraris. Sejatinya sudah berulang kali diucapkan oleh
banyak orang yang ada di negeri ini. Sejatinya pula saya, anda, dan kita tahu
bahwa negara kita adalah sebuah negara kepulauan yang memiliki beribu-ribu
kekayaan alam yang tak ternilai harganya. Tapi terkadang hanya dipandang
sebelah mata. Bahkan terkadang banyak orang-orang di negeri ini yang memungkiri
hal itu. Tidak percaya bahwa orang pribumi mampu meningkatkan dan mengolah
potensi kekayaan alam. Tidak percaya bahwa saudara satu negerinya bisa bersaing
dengan negara-negara maju bahkan negara adidaya sekalipun. Baik dalam segi
keilmuannya, sosial, budaya, maupun ekonomi. Tidak dipungkiri bahwa politik
ikut berperan. Menjadi sebuah onak yang berakar kuat di tatanan kepemerintahan
negara ini. Melingkupi seluruh aspek pembangunan negara. Bahkan pertanian pun
turut masuk dalam onak politik itu. Bisa dikatakan merupakan sektor yang paling
menjanjikan untuk dibawa dalam sebuah permainan politik.
Negara
ini memang memiliki potensi yang sungguh luar biasa pada setiap jengkal produktivitas
komoditas komersil dan non komersil dalam bidang pertanian. Mulai dari keanekaragaman
gulma, tanaman pangan, perkebunan, sampai hortikultura dan florikultura pun
ada. Tanaman subtropis yang ingin diintroduksikan dan diproduksi di negara kita
pun bisa. Kita punya semua lahannya. Tapi semua lahan itu dimana? Dikemanakan? Memang
digunakan, tapi intensitasnya lebih difokuskan untuk pembangunan sektor-sektor
non pertanian, seperti hotel, restoran, gedung-gedung perkantoran, dsb. Sudah
dilupakan penggunaan yang semestinya lebih diperhatikan, yaitu untuk sektor
pertanian. Tanpa pertanian, terjadi kelaparan, kemiskinan, bahkan kematian jika
kebutuhannya tidak bisa terpenuhi. Harus impor sana sini. Padahal barang impor
belum tentu terjamin lebih bagus daripada barang lokal. Ujung-ujungnya hutang. Padahal
seharusnya kita bisa memproduksi semua komoditas itu sendiri, di tanah air kita
sendiri, kita pun bisa untuk tidak hanya memenuhi kebutuhan konsumsi saja tetapi
juga untuk persediaan dan bahkan kebutuhan ekspor.
Jika
dibandingkan dengan negara adidaya, sebut aja Amerika. Apa sih yang dimiliki
mereka? Lahan pun tak sesubur yang kita punya. Keanekaragaman hayati pun masih
unggul kita. Tapi mereka punya otak, yang mereka gunakan dengan benar, yaitu
untuk berfikir bukan dikikir dengan membodohkan diri sendiri. Pertanian di sana
sangat dijujung tinggi derajatnya. Petani di negara kita punya lahan berapa
hektar, sih? Yang dikatakan petani itu seperti apa? Petani di sana punya luasan
lahan lebih dari puluhan sampai ratusan hektar. Bahkan milik pribadi. Kalau petani
di negara kita? Sebagian besar bukan milik sendiri, tetapi lahan sewa, sejatinya
sebagai buruh bukan petani. Petani di sana bisa mengolah hasil produksi mereka
sendiri, punya pabrik pengolahan sendiri, punya akses pemasarannya sendiri. Kalau
petani di negara kita?
Oke,
stop mengintimidasi. Petani itu bukan berkonotasi negatif ataupun memiliki
derajat hidup yang rendah. Tidak. Petani itu pahlawan pertanian, yang memberi
makan setiap perut yang kelaparan. Sejatinya kita bisa untuk menjadi petani
berdasi. Petani yang sukses. Hanya perlu lebih dipusatkan saja untuk sektor
pertanian yang memang cukup kompleks ini. Dari hulu sampai hilir perlu
dioptimalisasikan lagi. Khususnya dalam teknis budidaya dan pengemasan hasil
produksi. Produk hasil pertanian merupakan produk yang mudah dan cepat sekali
rusak. Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi dalam pengemasan dan pengolahan
produk. Sebagai contoh untuk komoditas tanaman pakan seperti jagung. Sejatinya memang
termasuk ke dalam jenis tanaman pakan, tetapi juga bisa dijadikan bahan pangan
untuk konsumsi. Jagung yang dijual segar pasti tidak akan bertahan lama dan
sulit untuk didistribusikan ke daerah-daerah yang cukup memakan waktu ketika
diperjalanan. Perlu adanya inovasi produk seperti pembuatan cornflakes, keripik jagung, popcorn, dsb. Pastinya dengan pengemasan
yang menarik dan mampu manjaga kondisi produk. Inovasi produk pertanian yang
seperti itulah kiranya mampu meningkatkan kualitas.
Pengembangan
inovasi dalam bidang pertanian dibutuhkan para ahli yang memang fokus pada
bidang pertanian, tidak lain dan tidak bukan yaitu para sarjana-sarjana
pertanian. Mereka adalah generasi penerus yang punya sejuta ide brilian di
otaknya, tapi tidak pernah dikembangkan dan direalisasikan, karena sudah
terburu rasa pesimis atas kondisi negaranya sendiri. Terkadang ada yang lari
dari jalur yang semestinya mereka geluti. Bukannya terjun ke sektor riil
pertanian, malah masuk ke ranah orang lain yang seharusnya bukan menjadi lahan
garapan ide-idenya. Tidak, kawan. Apa pun kondisi dan masalah negara kita,
pasti ada penyelesaian masalahnya. Saya, anda, dan kita, adalah tonggak bagi
kemajuan bangsa. Para pemuda bangsa yang pastinya punya andil dan memang harus
ikut andil dalam pembangunan negara. Abaikan saja para politikus yang mengakar
di pemerintahan, toh mereka bukan Tuhan. Sekarang yang perlu menjadi perhatian yaitu,
inginkan sebuah kebaikan dengan memunculkan gebrakan-gebrakan baru yang
bersifat revolusi (cepat) ataukah evolusi (lambat dan lama)? Hanya butuh sebuah
pemantik untuk menuju sebuah cahaya.
Itulah yang saya herankan katanya Indonesia Negara agraris & maritime tapi kok pertanian& kelautannya lebih dikuasai Thailand & Vietnam?. Jadi pada kemana nih petani & sarjana2 pertanian Indonesia. Contohnya Thailand bisa memproduksi sayuran asparagus yg biasanya dr eropa.Makananan kalengan seperti sardine hanya dari Thailand. Aku lagi menunggu produk Indonesia yg berkualitas tapi belum muncul2 juga samapai saat ini. Kebetulan saya bekerja di Dubai di bidang marine service tapi customer indonesianya ga ada malah Thailand paling sering inquiry ke company dimana saya bekerja dan paling cepat membayar invoicenya. Aku miris sekali melihat negaraku hiks!
BalasHapusmungkin sejatinya bukan miris tetapi harus terus optimis.. menurutku hanya satu hal yang kurang dari negara kita, yaitu lupa untuk menghargai dirinya sendiri.. sudah diberi banyak berkah di tanah air kita ini tapi justru tidak berfikir untuk berkelanjutan alamnya sendiri.. sebagai mahasiswa pertanian, tentu saya dan teman-teman lain menyadari dan memprihatinkan hal tersebut.. tapi segala halnya pasti membutuhkan dukungan dari seluruh pihak khususnya oleh politik, dan disitu adalah lokal liberal yang amat sangat apatis (menurut saya)..
Hapus