Lingkaran itu kumulai dengan sebuah rasa
yang awalnya tak pasti. Masih belum tahu akan mengarah kemana setelah
kumasuk ke dalamnya. Masih belum tahu mau berbuat apa di dalamnya. Masih
belum yakin atas lingkaran yang kupilih sendiri. Terbata itu pasti.
Tertatih itu pasti. Mulanya, niat itu tak kunjung terbentuk dengan
sempurna. Keraguan itu sering bertengger diotakku. Tak sopan menyelinap
dalam hati hingga membuatku semakin tak ingin terlibat lebih jauh lagi
dalam lingkaran itu. Berjalan seinci saja kumalas, apalagi untuk
berlari. Padahal sudah jelas lingkaran itu mau kemana. Sebenarnya aku
tahu, tapi aku tak mau membenarkannya. Masih berkutat dengan urusan
dunia. Masih terlena dengan nikmatnya dunia. Masih saja mengurusi gengsi
yang harusnya tak ada.
Aku
sudah masuk ke dalam lingkaran itu, tapi masih tetap saja. Tak ada yang
berubah dari diriku. Tapi seharusnya ada. Semua karena petuah-petuah
itu keluar lagi dari telinga kiriku, kuabaikan begitu saja. Masih tak
mau membuka mata. Masih saja menutup telinga. Apalah aku ini? Munafik
sekali.
Hingga
sebuah waktu menghujam hingga ke ulu hati. Ia tumbuhkan biji sadar
dalam hatiku. Perlahan tumbuh dan berkembang, berakar, melekat kuat di
sanubari. Aku berhasil menata rapi sebuah niat yang pasti. Niat untuk
meniti sebuah jalan bersama dalam lingkaran itu. Jalan cahaya menuju
padaNya. Perubahan diri yang awalnya aku pun tak percaya semua ini
sungguh terjadi padaku. Seorang hamba yang pernah menghunuskan pedang
tajam ke jiwaNya. Seorang hamba yang selalu lalai untuk beribadah
padaNya. Seorang hamba yang selalu membantah setiap perkataan orang
tuanya. Seorang hamba yang tak pernah menjaga lisannya, perbuatannya,
dan akidahnya. Tapi begitulah hidayahNya yang terus datang
menghampiriku, menyentuh lembut relung jiwaku. Membalut noda hitam dalam
hati, menjadikannya putih kembali. CintaNya telah memilihku untuk masuk
ke dalam lingkaran itu. Bertemu dengan hamba-hambaNya yang sungguh luar
biasa.
Melalui
lingkaran itu aku telah menjadi aku yang sekarang. Melalui lingkaran
kecil yang sungguh tak dapat kusamakan dengan bintang yang paling
terang. Lingkaran kecil itu lah titik tumpu kesempurnaan Islamku
bermula. Allohu akbar, Alloh Maha Besar.
Kuucapkan terima kasihku pada kedelapan insan yang sungguh luar biasa.
Zulaicho, Afni Apriyanti, Kurnia Dwi Aprilia, Nurlatipah, Irda Krismadiyanti, Neneng Chulliyah, Eneng Linda Widia Ningsih, dan Aeni.
Keren!!!
BalasHapusAlhamdulillah,, syukron.. :)
Hapusukhti adalah orang pertama yang comment di blogku.. hehe
Wieeew...
BalasHapus