Salam Oneng

Hingga kutemukan sakit atas tawa. Dan terasa bahagia dalam luka. Aku... tak akan mati dan berhenti disini. Walau dalam persimpangan, aku akan terus berjalan meniti setiap karang terjal. Dan taklukkan aral berduri. Atas jalan mimpi yang tak terbatas. Aku berjanji... tuk berdiri dan gapai langit mimpi tertinggi. -Detektif Oneng-

Sabtu, 30 Maret 2013

Lingkaran Kecil

Lingkaran itu kumulai dengan sebuah rasa yang awalnya tak pasti. Masih belum tahu akan mengarah kemana setelah kumasuk ke dalamnya. Masih belum tahu mau berbuat apa di dalamnya. Masih belum yakin atas lingkaran yang kupilih sendiri. Terbata itu pasti. Tertatih itu pasti. Mulanya, niat itu tak kunjung terbentuk dengan sempurna. Keraguan itu sering bertengger diotakku. Tak sopan menyelinap dalam hati hingga membuatku semakin tak ingin terlibat lebih jauh lagi dalam lingkaran itu. Berjalan seinci saja kumalas, apalagi untuk berlari. Padahal sudah jelas lingkaran itu mau kemana. Sebenarnya aku tahu, tapi aku tak mau membenarkannya. Masih berkutat dengan urusan dunia. Masih terlena dengan nikmatnya dunia. Masih saja mengurusi gengsi yang harusnya tak ada. 

Aku sudah masuk ke dalam lingkaran itu, tapi masih tetap saja. Tak ada yang berubah dari diriku. Tapi seharusnya ada. Semua karena petuah-petuah itu keluar lagi dari telinga kiriku, kuabaikan begitu saja. Masih tak mau membuka mata. Masih saja menutup telinga. Apalah aku ini? Munafik sekali.

Hingga sebuah waktu menghujam hingga ke ulu hati. Ia tumbuhkan biji sadar dalam hatiku. Perlahan tumbuh dan berkembang, berakar, melekat kuat di sanubari. Aku berhasil menata rapi sebuah niat yang pasti. Niat untuk meniti sebuah jalan bersama dalam lingkaran itu. Jalan cahaya menuju padaNya. Perubahan diri yang awalnya aku pun tak percaya semua ini sungguh terjadi padaku. Seorang hamba yang pernah menghunuskan pedang tajam ke jiwaNya. Seorang hamba yang selalu lalai untuk beribadah padaNya. Seorang hamba yang selalu membantah setiap perkataan orang tuanya. Seorang hamba yang tak pernah menjaga lisannya, perbuatannya, dan akidahnya. Tapi begitulah hidayahNya yang terus datang menghampiriku, menyentuh lembut relung jiwaku. Membalut noda hitam dalam hati, menjadikannya putih kembali. CintaNya telah memilihku untuk masuk ke dalam lingkaran itu. Bertemu dengan hamba-hambaNya yang sungguh luar biasa.

Melalui lingkaran itu aku telah menjadi aku yang sekarang. Melalui lingkaran kecil yang sungguh tak dapat kusamakan dengan bintang yang paling terang. Lingkaran kecil itu lah titik tumpu kesempurnaan Islamku bermula. Allohu akbar, Alloh Maha Besar.

Kuucapkan terima kasihku pada kedelapan insan yang sungguh luar biasa.
Zulaicho, Afni Apriyanti, Kurnia Dwi Aprilia, Nurlatipah, Irda Krismadiyanti, Neneng Chulliyah, Eneng Linda Widia Ningsih, dan Aeni.

3 komentar: