Ternyata semuanya palsu.
Hanya rekayasa semata untuk kepentingan pribadi.
Hanya demi sebuah kata bernama popularitas.
Membuat sebuah keeksistensian yang mengada-ada
Bukankah itu sebuah penipuan?
Apa artinya semua itu?
Tak layak bila disebut sebagai idola.
Tak layak disebut sebagai pemimpin.
Setiap inci popularitas diiringi dengan kepalsuan dan manipulasi.
Hanya fiktif belaka, kawan.
Banyak yang sudah melakukan hal itu.
Tak khayal tingkah lakunya itu dibangga-banggakan olehnya.
Dielu-elukan oleh pendukung tindakan hina itu.
Apalah gunanya jika semua itu hanya palsu?
Artis, pejabat, setiap calon yang berada dalam daftar pemilu.
Apa yang mereka lakukan di belakang sana?
Hanya menyusun strategi busuk untuk mendapatkan simpati rakyat.
Mengada-ada sesuatu hal hingga dianggap Tuhan.
Minta dipuji dan dipuja.
Minta dipuji dan dipuja.
Mungkin tidak semuanya seperti melakukan hal seperti itu.
Tapi sangat disayangkan
karena masih ada orang-orang munafik
orang-orang yang hanya berbekal kebohongan
berada di lingkaran utama negeri ini.
Wajah negeri ini dicoret oleh orang-orang dalam lingkaran itu.
Kalau tidak bisa jujur lebih baik mundur.
Apa adanya tapi jujur
menurutku negeri ini akan lebih makmur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar