Salam Oneng

Hingga kutemukan sakit atas tawa. Dan terasa bahagia dalam luka. Aku... tak akan mati dan berhenti disini. Walau dalam persimpangan, aku akan terus berjalan meniti setiap karang terjal. Dan taklukkan aral berduri. Atas jalan mimpi yang tak terbatas. Aku berjanji... tuk berdiri dan gapai langit mimpi tertinggi. -Detektif Oneng-

Rabu, 16 Januari 2013

Pacaran

Berbicara mengenai pacaran. Sekarang yang menjadi pertanyaan saya adalah lelaki yang cari pacar biasanya sudah mapan atau jauh dari mapan? Akhi dan Ukhti nilai sendiri ya. Faktanya, lelaki yang cari pacar hampir semua yang belum mapan, karena pacaran memang nggak perlu mapan. Karena lelaki belum mapan dan jauh dari tanggung jawab. Menikah? Mana mampu. Maka pacaran adalah yang paling cocok baginya.

Buktikan saja. Tanyakan pada laki-laki yang pacaran, "Kenapa tidak langsung menikah?". Anda pasti temukan jawabannya mencerminkan ketidakmapanan. Masih sekolah-lah, belum cukup penghasilan-lah, belum siap-lah, ortu belum setuju-lah, itu tandanya dia belum mapan 'kan?

Jadi jelas ya, kalau ada lelaki yang memberikan alasan "Pacaran adalah penjajakan pra nikah", jelas bohong, dia nggak niat nikah. Pertanyaannya, bila pacaran itu bukan penjajakan pra nikah karena lelaki belum mapan, terus pacaran itu apa? Yang jelas banget bagi lelaki dan wanita, pacaran arena baku syahwat, nikmat memang, enak memang, namanya juga syahwat. Dan yang namanya syahwat nggak pernah cukup, awalnya minta yang biasa, akhirnya bikin binasa.

Fikirkan secara jernih, kamu masih SMP atau SMA, lalu berencana menikah setelah lulus kuliah dan kerja, itu berarti 9-12 tahun lagi 'kan? Yakin pacarmu setia 9-12 tahun? Nggak bakal bosen 9-12 tahun? Yakin kamu nggak bakal ketemu yang lebih sholeh? Yang lebih penting lagi, yakin 9-12 tahun kamu nggak bakal hilang kehormatan?

Bicara 9-12 tahun, #fiuhh~ ... yang ada, dalam waktu 6 bulan biasanya wanita sudah 'dihabisi' pacarnya -_- Modal nomad 15 ribuan dan sekotak popcorn. Modus mesum dilancarkan. Pertama-tama kamu merasa aneh, lama-lama kamu izinkan maksiat. Kapan perempuan baru sadar jadi korban? Ya ketika sudah diserahkan semuanya. Kamu pikir itu cinta? Cinta nggak pernah seujung kuku bahayain orang yang dicintai, bahkan terfikir pun pasti nggak. Cinta sejati itu tidak akan berani melukai dan menyakiti, tidak hanya dalam urusan jiwa, tapi juga raga.

Dalam pacaran, bukan lagi membahayakan, tapi bikin aib dan malu. Suatu hal yang mungkin lebih parah daripada bahaya fisik. Jujur deh, ada nggak lelaki yang pacaran hanya cukupkan pada pegangan tangan? Kalo ada, -maaf- sepertinya bukan lelaki normal. Normal lelaki punya nafsu, normal lelaki punya syahwat, karenanya Islam menjaga agar jangan khalwat (bedua-duaan) bukan mahram. Kadang kedua pihak udah menyadari sama-sama salah, banyak maksiat dalam pacaran, hanya sama-sama 'terlanjur', susah mutusin. Makanya, harus ada yang berpikir jernih untuk kebaikan berdua. Bila memang sudah siap, besok-besok segera datangi walinya saja, langsung menikah. Atau bila memang tidak siap, putuskan saja, itu adalah jalan terbaik.

Mau menganggap apa yang sudah saya jelaskan itu berlebihan? Ya silahkan, anda sendiri yang menilai, anda lebih tau apa yang terjadi saat pacaran. Jadi pertimbangannya baik secara logika ataupun secara dalil, nggak ada manfaat pacaran, mudharat iya. Mungkin itu yang bisa saya sampaikan pada Muslimah yang lainnya, agar jangan terulang hal yang sama. Karena penyesalan di akhir derita.

>> dikutip dari pages Strawberry +Facebook+

Tidak ada komentar:

Posting Komentar